Tuesday, August 16, 2016

Analisis Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien di Centro Nasional Rehabilitasi (CNR) Becora Dili Timor-Leste Tinan 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada dasarnya Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) sebagai institusi public/ umum yang bergerak di bidang pelayanan kasehatan, khususnya melayani orang-orang yang mengalami cacat fisik. Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) didirikan pada tanggal 14 April 2005 dengan tujuan untuk mewujudkan kemampuan derajat kesehatan secara optimal bagi orang-orang yang mengalami cacat fisik. Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) memberikan pelayanan bagi pasien cacat fisik dari 13 kabupaten (13 muniçipio) yang ada di Timor-Leste: Aileiu 5, Ainaro 3, Baucau 3, Bobonaro 1, Covalima 2, Dili               29, Ermera 4, Lospalos 3 dan Oe-cusse 2  pasien pada tahun 2015.
Céntro Nasional Rehabilitação sebagai institusi pelayanan kesehatan harus melaksanakan tugasnya dengan mengutamakan kepentingan pasiennya. Céntro Rehabilitação tidak boleh mendahulukan kepentingan lain selain kepentingan pasiennya. Dalam keadaan darurat, Céntro Rehabilitação harus mendahulukan kepentingan pasien. Hal ini karena fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk RS) wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyela-matan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
Céntro Nasional Rehabilitação pada awalnya hanya memberikan pelayanan yang bersifat pemulihan (rehabilitatif) terhadap pasien . Pelayanan kesehatan ini perlahan berubah menjadi karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya teknologi kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di Céntro Rehabilitação saat ini tidak saja bersifat pemulihan (rehabilitatif) tetapi juga bersifat penyembuhan (kuratif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, cakupan sasaran pelayanan kesehatan lebih luas, yang sebelumnya hanya untuk pasien saja menjadi berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum.
Dalam pengambilan data mengenai jumlah pegawai yang bekerja pada Céntro Nasional Rehabilitação (CNR), terdapat 59 orang yang secara struktural dapat di jelaskan sebagai berikut : 1 orang cordenador, 2 orang assesor, 4 orang staf finanças, 13 orang staf admistrasi, 2 orang staf admistrasi logistik, 5 orang staf Community Base Rehabilitation (CBR)2 orang staf aprovisionament5 orang staf ocupaçional terapia, 6 orang staf fisio terapia, 2 orang staf terapia koalia, 6 orang staf prosthetic & orthotic, 6 orang staf kadeira roda dan 3 orang staf motorista (sopir) yang keseluruhannya merupakan tenaga tehknis yang dapat membantu memberikan pelayanan kesehatan khususnya pada pasien yang cacat fisik dan masyarakat di Timor-Leste pada umumnya.
Untuk mengatasi permasalahan pelayanan kesehatan pada masyarakat di tingkat global, kinerja petugas kesehatan perlu memahami penting situasi ini, serta diperlukan jangka panjang untuk mengatasi permasalahan tentang pelayanan kesehatan pada masyarakat mengenai suatu hal di sekitar kita, di Timior-Leste, masalah pelayanan kesehatan selalu menjadi perdebatan dan masalah yang berkembang kasus-kasus yang menyangkut masalah pelayanan kesehatan setiap tahun terus meningkat, karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja petugas kesehatan sehingga kinerja petugas kesehatan bekerja atau melayani masyarakat kurangnya efektif dan efisien.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Céntro Nasional Rehabilitação adalah pelayanan medik terapi, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan keperawatan. Pelayanan yang dilakukan di Céntro Nasional Rehabilitação Becora Dili Timor-Leste meliputi; gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap, sedangkan di CNR hanya pelayanan; gawat darurat (kearah pertolo-ngan pertama) dan rawat jalan.
Sejalan dengan reformasi dibidang kesehatan melalui Paradigma Sehat, pelayanan kesehatan di Céntro Nasional Rehabilitação maupun di puskesmas lebih difokuskan pada upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif) dengan tidak mengabaikan upaya kuratif-rehabilitatif. Selain           itu,  pelayanan kesehatan di Céntro Nasional Rehabilitação dan puskesmas bukan hanya kepada individu (pasien), tetapi juga keluarga dan        masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan yang dilakukan merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komprehensif dan holistik).
Céntro Rehabilitação memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Paradigma baru pelayanan kesehatan mensyaratkan Céntro Rehabilitação memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan dan keinginan pasien dengan tetap mengacu pada kode etik profesi dan medis. Dalam perkembangan teknologi yang pesat dan persaingan yang semakin ketat, maka Céntro Rehabilitação dituntut untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanannya.
Kualitas merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga. Gerakan revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan yang tidak boleh diabaikan jika suatu lembaga ingin hidup dan berkembang, Persaingan yang semakin ketat akhir-akhir ini menuntut sebuah lembaga penyedia jasa/ layanan untuk selalu memanjakan pelanggan/ pasien dengan memberikan pelayanan terbaik. Para pasienakan mencari produk berupa barang atau jasa dari perusahaan yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepadanya.
Masalah utama sebagai sebuah lembaga jasa pelayanan kesehatan adalah semakin banyaknya pesaing. Oleh karena itu, Céntro Rehabilitação dituntut untuk selalu menjaga kepercayaan pasien dengan meningkatkan kualitas pelayanan agar kepuasan pasiennya meningkat. Pihak rumah sakit perlu secara cermat menentukan kebutuhan pasien sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan meningkatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan.
Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik, bukanlah sesuatu yang mudah bagi pengelola Céntro Rehabilitacão karena pelayanan yang diberikan oleh Céntro Rehabilitação menyangkut kualitas hidup para pasiennya sehingga bila terjadi kesalahan dalam tindakan medis dapat berdampak buruk bagi pasien. Dampak tersebut dapat berupa sakit pasien bertambah parah, kecacatan bahkan kematian.
Céntro Rehabilitação sebagai bagian dari sistem kesehatan nasional dituntut untuk meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas, pelayanan dan kemandirian. Dengan demikian Céntro Rehabilitação merupakan salah satu pelaku pelayanan kesehatan yang kompetitif harus dikelola oleh pelaku yang mempunyai jiwa wirausaha yang mampu menciptakan efisiensi, keunggulan dalam kualitas dan pelayanan, keunggulan dalam inovasi serta unggul dalam merespon kebutuhan pasien.
Keluhan atas pelayanan Céntro Rehabilitação juga disampaikan melalui kotak saran yang ada di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste. Hal demikian memberikan indikasi bahwa Céntro Rehabilitação yang dibangun dengan sarana dan prasarana cukup memadai belum mampu memberikan pelayanan yang sesuai harapan, keinginan dan tuntutan dari masyarakat sebagai konsumen. Pasien akan merasa puas apabila ada persamaan antara harapan dan kenyataan pelayanan kesehatan yang diperoleh. Kepuasaan pengguna pelayanan kesehatan mempunyai kaitan yang erat dengan hasil pelayanan kesehatan, baik secara medis maupun non medis seperti kepatuhan terhadap terapi fisik, pemahaman terhadap informasi medis dan kelangsungan perawatan.
Timor-Leste merupakan negara baru berkembang walaupun sudah empat belas (14) tahun terlepas dari negara Indonesia, namun dengan perkembangan yang ada pada saat ini, Timor-Leste masih dikatakan belum maksimal terutama kualitas pelayanan dan pelayanan kesehatan serta sumber daya dalam negara ini belum memenuhi kebutuhan masyarakat pada sumber daya manusia serta kualitas pelayanan dan pelayanan kesehatan,ini sangatlah dibutuhkan untuk memperdayakan derajat kesehatan manusia/ masyarakat di negara ini. Oleh karena itu saat ini Kementrian Kesehatan Timor-Leste dan instansi terkait telah berusaha semaksimal mungkin untuk melengkapi kekurangan-kekurangan fasilitas yang ada di negara ini terutama pada Centro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste.
Dewasa ini kita sering mendengar dan melihat pemberitaan di berbagai media masa nasional menyatakan banyak dari masyarakat Timor-Leste  pergi berobat ke luar negeri. Berobat ke luar negeri seperti telah menjadi tren tersendiri dikalangan masyarakat menengah-atas Timor-Leste. Alasan seperti penggunaan teknologi yang lebih canggih, kompetensi tenaga medis yang lebih baik, serta pelayanan kepada pasien yang lebih ramah dibandingkan di     Timor-Leste menjadi faktor pendorong masyarakat Timor-Leste berobat ke luar negeri. Sebagian besar memilih berobat ke negeri tetangga seperti  Indonesia dan Singapura. Salah satu faktor yang memudahkan adalah jarak kedua negara tersebut yang cukup dekat. Setiap tahunnya jumlah orang Timor-Leste yang berobat di luar negeri semakin meningkat.
Di era globalisasi ini, yang menjadi indikator keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah kepuasan pasien. Kepuasan adalah timbulnya perasaan senang seseorang terhadap hasil kerja orang lain, pekerjaannya, atasan dan lingkungan tempat kerjanya. Kepuasan akan timbul jika harapan dan kenyataan sama atau melampaui harapan yang diinginkan.
Munculnya rasa puas pada diri seorang pasien dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: karena sifat pelayanan yang diterima dapat memberikan rasa puas, sikap petugas yang memberikan pelayanan kesehatan itu sendiri serta bentuk komunikasi dan pelayanan yang diberikan. Untuk pencapaian kepuasan pasien tentu saja dengan melakukan upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan di institusi kesehatan yang berkualitas. Dengan kata lain petugas dan institusi memberikan pelayanan yang baik, efektif, dan efisien.
Menurut Thoha (2002) “kualitas pelayanan kesehatam kepada masyarakat sangat tergantung pada individual aktor dan sistem yang dipakai”. Dokter, perawat, dan tenaga penunjang medis serta nonmedis yang bertugas di rumah sakit harus memahami cara melayani konsumennya dengan baik terutama kepada pasien dan keluarga pasien, karena pasien dan keluarga pasien adalah konsumen utama di rumah sakit.
Manajemen pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan yang harus dilaksanakan dan dikembangkan dalam sebuah organisasi pelayanan kesehatan di Timor-Leste, seperti Kantor Departemen Kesehatan, Kantor Dinas Kesehatan Propinsi dan Daerah, Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik dan organisasi kesehatan lainnya yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian penelitian mengenai Analisis Kualitas Pelayanan Kesehatan  Terhadap  Kepuasan Pasien Di Céntro Nasional Rehabilitação 
Timor‑Leste” (Analisis Tingkat Kepuasan Pasien) menjadi sangat penting untuk dilakukan karena hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan sehingga diharapkan dapat tercipta pelayanan kesehatan Puskesmas yang semakin berkualitas.












1.2  Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang di identifikasi di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste adalah:
1.  Masalah pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste.
2.  Mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan petugas              kurang perhatian terhadap kepuasan pasien di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste.
3.  Mengenai pelayanan kesehatan tentang fasilitas petugas terhadap kepuasan pasien.
4.  Mengenai pelayanan kesehatan tentang jaminan petugas terhadap kepuasan pasien.
1.3  Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa hal sebagaiberikut:
1.  Bagaimana dengan kualitas pelayanan kesehatan di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste?
2.  Bagaimana dengan fasilitas yang disediakan oleh pelayanan terhadap  kepuasan pasien di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste?
3.  Bagaimana dengan jaminan (assurance) yang diberikan oleh pelayanan terhadap kepuasan pasien di CNR Becora Dili?
1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1   Tujuan Umum
Untuk Mengetahui analisis kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terhadap kepuasan pasien yang diberikan pelayanan oleh Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste.
1.3.2   Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui fasilitas yang disediakan oleh pelayanan bukti fisik (tangibles) terhadap kepuasan pasien yang diberikan oleh Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste.
2.    Untuk mengetahui kemampuan pelayanan keandalan (reliability) terhadap kepuasan pasien di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste.
3.    Untuk mengetahui pemberian informasi pelayanan ketanggapan (responseveness) terhadap kepuasan pasien di Céntro Nasional Rehabilitaçã (CNR) Becora Dili Timor-Leste.
4.    Untuk mengetahui pelayanan perhatian (empaty) terhadap kepuasan pasien di Céntro Nasional Rehabilitaçã(CNR) Becora Dili     Timor-Leste.
5.    Untuk pelayanan jaminan (assurance) petugas sendiri terhadap kualitas pelayanan kesehatan kepuasan pasien di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste.

1.4   Manfaat Penelitian
1.4.1        Manfaat Teoritis
1.      Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat jadikan bahan pustaka untuk menembah wawasandan pengetahuan yang ada pada masyarakat khususnya mengenai pelyanan pasien.
2.      Bagi Universitas
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau mahasiswi di Universidade da Paz, khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat yang berkelanjutan.
1.4.2       Manfaat praktis
1.      Bagi Masyarakat
Setelah peneliti melakukan maka masyarakat dapat mengetahui pelayanan dengan baik.
2       Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah Timor-Leste khususnya bagi Céntro Nasional Rehabilitação Becora Dili Timor-Leste, berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien yang diberikan.


1.5  Ruang Lingkup Penelitian
Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi harus membatasi dua variabelyang diteliti oleh penulis, seperti keterbatasan buku, biaya maka penulis membatasi ruang linkupnya dengan focus permasalahanya” analisis kualitas pelayanan  kesehatan terhadap kepuasan pasien” yang akan diteliti adalah reliabilitas (reliability), jaminan (assurance), tampilan/ bukti fisik (tangibles), empati (empaty), ketanggapan dan kepedulian (responsiveness).
1.6      Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan peneliti terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan peneliti,yaitu :
No
Nama,Tahun
Judul
Metode
Hasil
Perbedaan
1
Fitra Nova (2004)
Pengaruh analisis kualitas pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat inap pada rumah sakit PKU muhamadiyah Surakarta.




Penelitian bersifat deskriptif pendekatan kuantitatif.
61,8% responden memiliki pengetahuan  yang baik dan 39,2% responden memilii pengetahuan yan kurang baik.
Lokasi, penelitian, waktu penelitian, variabel penelitian.
2
Tilman A.C. (2015)
Analisis pelayanan kesehatan terhadap pasien tuberculosis di Céntro Saude Lacluta Posto Administrativa Lacluta Muniçipio Viqueque.

Penelitian bersifat deskriptif pendekatan kualitatif.
59,3 respon memiliki pengetahuan baik dan 31,7 respon memilik kurang baik.
Lokasi, penelitian, waktu penelitian, variabel penelitian.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Pelayanan
Menurut Tjiptono (2007) mengatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan merupakan suatu dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaianya dalam mengimbangi harapan konsumen.
Menurut Donabedian (1980), dalam Susatyo Herlambang buku manajemen pelayanan kesehatan rumah sakit, mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program. Selanjutnya Menurut Donabedian (1980), menyebutkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu pelayanan yang diharapkan untuk memaksimalkan suatu ukuran yang inklusif dari kesejahteraan klien sesudah itu dihitung keseimbagan antara keuntungan yang diraih dan kerugian yang semua itu merupakan penyelesaian proses atau hasil dari pelayanan diseluruh bagian.
Menurut Gespersz (2003), dalam buku manajemen pelayanan kesehatan rumah sakit, menyatakan bahwa kualitas pelayanan meliputi dimensi-dimensi sebagai berikut :
1.      Ketepatan waktu pelayanan berkaitan dengan waktu tunggu dan proses.
2.      Kualitas pelayanan berkaitan dengan akurasi atau ketepatan pelayanan.
3.      Kualitas pelayanan berikan dengan kesopanan dan keramahan pelaku bisnis.
4.      Kualitas pelayanan berkaitan dengan tanggung jawab dalam penanganan keluhan pelanggan.
5.      Kualitas pelayanan berkaitan dengan sedikit banyaknya petugas yang melayani serta fasilitas  pendukung lainya.
6.      Kualitas pelayanan berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi dan petunjuk atau panduan lainya.
7.      Kualitas pelayanan berhubungan dengan kondisi lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC, alat komunikasi dan  lain-lain.   
2.1.1     Pelayanan Kesehatan 
Menurut Levey dan Loomba (1973), pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.


2.1.2     Jenis Pelayanan Kesehatan
Menurut Susatyo Herlambang ( 2016 ), dalam buku manejemen pelayanan kesehatan rumah sakit, mengatakan bahwa standar pelayanan minimal adalah standar dengan batasan-batasan tertentu untuk mengukur kinerja yang berkaitan dengan pelayanan dasar masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator dan perbandingan nilai (benchmark), sebagai berikut:
1.    Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat;
2.    Pelayanan rebabilitasi medik;
3.    Pelayanan gawat darurat;
4.    Pelayanan rawat jalan;
5.    Pelayanan rawat inap;
6.    Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir;
7.    Pelayanan kesehatan imunisasi;
8.    Pelayanan kesehatan kerja;
9.    Pelayanan kesehatan usia lanjut;
10. Pelayanan pengobatan/ perawatan dan pemulihan;
11. Pelayanan kesehatan usia subur.
2.1.3     Kualitas Pelayanan Kesehatan
Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat    kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit  atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.
2.1.4     Indikator Kualitas Pelayanan Kesehatan
Menurut Satrianegara (2014), dari beberapa ahli tentang mutu, dapat dirangkum ada 9 (sembilan) dimensi mutu, sebagai berikut:
1.    Manfaat, pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan dan hasil yang diinginkan.
2.    Ketepatan, pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan sesusai dengan standar keprofesian.
3.    Ketersediaan, pelayanan kesehatan yang dibutuhkan tersedia.
4.    Keterjangkauan, pelayanan kesehatan yang diberikan dapat dicapai dan mampu dibiayai pasien.
5.    Kenyamanan, pelayanan kesehatan dalam  suasana nyaman.
6.    Hubungan interpersonal, pelayanan kesehatan yang diberikan memperlihatkan komunikasi, rasa hormat, perhatian dan empati yang baik.
7.    Waktu, pelayanan kesehatan yang diberikan memperlihatkan waktu tunggu pasien dan tepat waktu sesuai perjanjian.
8.    Kesinambungan, pelayanan kesehatan yang diberikan dilaksanakan secara berkesinambungan, pasien yang memerlukan tindak lanjut perawatan perlu ditindaklanjuti.
9.    Legitimasi dan akuntabilitas, pelayanan kesehatan yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan, baik dari aspek medik maupun aspek hukum.
2.1.5     Batasan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Satrianegara (2009) mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah dalam perbedaan tingkat kepuasaan setiap orang dalam menerima pelayanan kesehatan, maka telah disepakati bahwa pembahasan tentang kepuasan pasien yang dikaitkan dengan mutu pelayanan kesehatan mengenal paling tidak dua pembatasan, yaitu:
1.      Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
Pembatasan pertama yang telah disepakati adalah pada derajat kepuasan pasien. Untuk menghindari adanya subjektivitas individual yang dapat mempersulit pelaksanan program meenjaga mutu, maka ditetapkan bahwa ukuran yang dipakai untuk mengukur kepuasan disini bersifat umum ya kni sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.
2.      Pembatasan pada upaya yang dilakukan
Pembatasan kedua yang telah disepakati pada upaya yang dilakukan dalam menimbulakan rasa puas pada diri setiap pasien. Untuk melindungi kepentingan pemakai jasa pelayanan kesehatan, yang pada umumnya awam terhadap tindakan kedokteran, ditetapkanlah upaya yang dilakukan tersebut harus sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi, bukanlah pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan kata lain dalam pengetian mutu pelayanan kesehatan tercakup pula kesempurnaan tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan professi yang telah  ditetapkannya.
2.1.6 Pendekatan Mutu Penilaian Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Satrianegara (2014) mengatakan bahwa pendekatan penilaian pelayanan kesehatan:
1.      Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan.
2.      Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan yang telah ditetapkan.
3.      Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan diselenggarakan.
4.      Penilaian outcome pelayanan antara lain melalui pengukuran kepuasan pengguna jasa pelayanan puskesmas.


2.1.7 Faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan
Klien et al yang di kutip Diah (2012), Pelayanan kesehatan akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa factor :
1.      Ilmu pengetahuan dan teknologi baru
Karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan, atau sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan, untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit penyembuhannya. Maka digunakanlah alat seperti laser, terapi perubahan gen dll.
2.      Pergeseran nilai masyarakat
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam penngunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan   , sehinnga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi system pelayanan kesehatan.


3.      Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatannya lebih mudah diperoleh dan di jangkau dan begitu sebaliknya dengan orang yang tergolong ekonomi rendah. Keadaan ekonomi ini akan mempengaruhi dalam system pelayanan kesehatan.
4.      Politik
Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali dalam system pemberian pelayan kesehatan.
2.1.8     Strategi Peninkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Satrianegara (2009) mengatakan bahwa ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut:
1.      Pelanggan dan harapannya
Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.
2.      Perbaikan kinerja
Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai  konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward.
3.   Proses perbaikan
Proses perbaikan juga penting.Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak dirancang dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.
4.   Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus
Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu untuk  memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan terus-menerus.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, maka perlu dilaksanakan berbagai upaya. Upaya ini harus dilakukan secara sistematik, konsisten dan terus menerus.
2.2      Kepuasan Pasien
Menurut  Soejadi (1996), pasien atau klien merupakan individu terpenting dirumah sakit sebagai konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit. Di dalam suatu proses keputusan, konsumen yaitu pasien, tidak akan berhenti hanya sampai proses penerimaan pelayanan. Pasien akan mengevaluasi pelayanan yang diterimanya tersebut.
Menurut Oliver dalam Supranto (2001), mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat puas.
Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.
Menurut Tjiptono dan Kotler (1997,1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau  pelayanan  yang diberikan. Upaya   untuk  mewujudkan  kepuasan  pelanggan total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom menyatakan  bahwa  kepuasan  pelanggantotal  tidak mungkin  tercapai,  sekalipun hanya  untuk sementara waktu.

2.2.1    Faktorfaktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
Menurut  Moison, Walter dan White dalam Haryanti (2000)menyeb-utkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan  konsumen, yaitu:
1.  Karakteristik produk, produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi.
2.  Karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.
3.  Harga, yang termasuk didalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.
4.  Pelayanan, yaitu pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit. kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan . Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawata.
1.  Lokasi, meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit. Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut.
2.  Fasilitas, kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan penilaian kepuasan pasien, namun rumah sakit perlu memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen.
3.  Image, yaitu citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Pasien dalam menginterpretasikan rumah sakit berawal dari cara pandang melalui panca indera dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik dari orang lain maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif terhadap rumah sakit tersebut, meskipun dengan harga yang tinggi. Pasien akan tetap setia menggunakan jasa rumah sakit tersebut dengan harapan-harapan yang diinginkan pasien.
4.  Desain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu desain dan visual harus diikutsertakan dalam penyusunan strategi terhadap kepuasan pasien atau konsumen.
5.  Suasana, meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu. Suasana rumah sakit yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien dalam proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung rumah sakit tersebut.
6.  Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien. Misalnya adanya tombol panggilan didalam ruang rawat inap, adanya ruang informasi yang memadai terhadap informasi yang akan dibutuhkan pemakai jasa rumah sakit seperti keluarga pasien maupun orang yang bekunjung di rumah sakit. aka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kepuasan pasien adalah: kualitas jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik produk, pelayanan, lokasi, fasilitas, komunikasi, suasana, dan desain visual.
2.2.2    Aspek  aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien
Menurut Griffith (1987) ada beberapa aspekaspek yang mempen-garuhi perasaan puas pada seseorang yaitu:
1.  Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama kali datang di rumah sakit.
2.  Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasien selama berada dirumah sakit.
3.  Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administra-si pasien dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit.
4.  Waktu menunggu yaitu berkaitan dengan waktu yang diperbolehka-n untuk berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan memperhatikan ruang tunggu yang memenuhi standar-standar rumah sakit antara lain : ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas yang memadai misalnya televisi, kursi, air minum dan sebagainya.
5.  Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanan dan minuman, privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan terhadap pemenuhan kebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang disediakan dan privasi ruang tunggu sebagai sarana bagi orangorang yang berkunjung di rumah sakit.
6.  Fasilitas ruang inap untuk pasien yang harus rawat. Fasilitas ruang inap ini disediakan berdasarkan permintaan pasien mengenai ruang rawat inap yang dikehendakinya.
7.  Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien yaitu perawatan yang berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berapa operasi, kunjungan dokter atau perawat. Ingkat kepuasan antar individu satu dengan individu lain berbeda. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan kepribadian.
2.3     Kerangka Teori
Menurut Hendrik L. Blum (1974) kerangka teori  adalah teori-teori  tentang variabel-variabel permasalahan yang diteliti . Kerangka teori bertujuan untuk memberikan batasan teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan peliti yang akan dilakukan.
Menurut Notoatmojo (2012), bahwa kerangka teori merupakan suatu konsep untuk mendukung permasalahan yang digunakan dalam usulan penelitian, diperlukan kepustakaan yang kuat dan harus berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar peneliti mempunyai wawasan yang luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau mengindetifikasi varibel-variabel yang akan diteliti.
1.   
(X)
Kualitas pelayanan kesehatan
-       Ketepatan layanan
-       Ketersedian fasilitas
-       Kesinambungan layanan
-       Kerterjangkauan layanan
Gambar : 2.1 Kerangka Teori
(Y)
Kepuasan pasien
 








Sumber : Kombinasi  Hendrik L.Blum (1974) dan di modifikasi tahun (2016)
2.4      Kerangka Konsep
Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penenlitian yang telah dirumuskan,maka dikembangkan suatu’’ kerangka konsep penelitian’’. Menurut Hendrik L.Blum (1974), yang dimaksud kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti.
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variavel. Dari konsep itulah konsep dapat diamati dan diukur.
Dari uraian di atas maka gambaran umum mengenai kerangka konsep penelitian tentang  Analisis Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien dapat dilihat pada skema berikut ini.
Bagan : 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
Kepuasan Pasien
(Y)
Kualitas Pelayanan Kesehatan
(X)
                Variabel bebas                                            Variabel terikat
Penelitian tahun 2016
 




Keterangan : X adalah variabel bebas
                        Y adalah variabel terikat    
Menurut Notoatmodjo (2005) Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimilik oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Sesuai dengan kerangka konsep diatas maka dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu: kualitas pelayanan kesehatan sebagai variabel bebas (independent variabel) dan kepuasan pasien sebagai varibel terikat    (dependent variabel).
2.5      Defenisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti,perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan        atau ‘’definisi operasional’’. Menurut Notoamodjo (2010) mengatakan bahwa definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabelvariabel yang bersangkutan sertapengembangan instrumen (alat ukur). Selanjutnya Menurut  Effendi (1989) menjelaskan bahwa definisi operasional adalah mendiskripsikan suatu variabel penelitian sedemikian rupa sehingga bersifat spesifik dan terukur dan juga untuk membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang telah diamati dan diteliti.Untuk itu, peneliti ingin membatasi ruang lingkup pada variabel-variabel di atas berdasarkan definisi operasionalnya, sebagai berikut:
1.    Kualitas Pelayanan Kesehatan
Kualitas Pelayanan Kesehatan merupakan derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan secara norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.


Tabel : 2.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel
Definisi
Indikator
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Kualitas pelayanan kesehatan
(X)
Kualitas Pelayanan Kesehatan merupakan derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan secara norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.
-       Ketepatan layanan
-       Ketersedian fasilitas
-       Kesinambungan layanan
-       Kerterjangkauan layanan



Koesiner




Ya =1
Tidak=0



Liker
Kepuasan pasien
(Y)
Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa yang dialami konsumen setelah membandingkan antara persepsi kinerja (atau hasil) suatu produk dengan harapan-harapannya.
-       Sikap menerima
-       Hasil kerja
-       Harapan pasien
-       Persyaratan

Koesiner

Ya=1
Tidak=0

Liker





BAB III
METODE PENELITIAN
3.1   Desain Penelitian
Menurut  Notoamodjo (2005) metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian yang diguanakan dalam peneliti ini adalah metode studi kualitatif. Peneliti ini di lakukan dengan metode deskriptif dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data, pengolahan atau analisa data, membuat kesimpulan dan laporan. Dalam penelitian ini penulis hanya ingin mengetahui Analisis Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste.
3.2   Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste Tahun pelajaran 2016.
3.2.2    Waktu Penelitian
Berhubung dengan keterbatasan waktun maka peneliti ini dilakukan setelah ujian proposal di Céntro Nasional Rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste.

3.3   Populasi dan Sampel
3.3.1        Populasi
Menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di céntro nasional rehabilitação (CNR) Becora Dili Timor-Leste sebanyak 29 pasien.
3.3.2        Sampel
Menurut Soehartono (2004), Sampel merupakan suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya.
Berdasarkan teori Arikunto (1998), jika populasinya < 100 orang diambil semua sedangkan > 100 harus mengunakan Teknik Penentuan besaran sampel. Jadi dalam penelitian semua populasi dijadikan objek penelitian dan penelitian ini disebut penelitian populasi.
3.3.3     Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling jenuh  untuk menentukan sampel jika semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil atau sedikit, yaitu kurang dari 29 pasien, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang relatif kecil.


3.4  Instrument Penelitian
Menurut Tilman A. C. (2015), dalam penelitian ini yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah mengunakan alat bantu seperti:
1.    Ballpoint, pensil, penhapus dan kertas
2.    Seperangkat Komputer (Laptop)
3.    Kalkulator
4.    Kamera Digital.
3.5    Metode pengumpulan data
Menurut Tilman . A. C. (2015), dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1.     Angket (Questionaire)
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yang bersedia memberikan jawaban atau respondent sesuai dengan permintaan peneliti.
2.    Pengamatan (Observasition)
Observasi yaitu melakukan observasi atau pengamatan secara                               langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat kejadian yang  sudah terjadi.
3.    Wawancara
 Wawancara ini merupakan suaru cara pengumpulan data yang      digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumber penelitian.

3.6    Sumber Data
3.6.1     Data Primer
Menurut Kountur (2007) Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber utamanya. Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti malalui lembar observasi, koesioner, yang mencankup dari hasil wawancara dengan pihak kelompok dalam hal ini perawat yang ada di Céntro Saúde tersebut.
3.6.2    Data Sekunder
Menurut Kountur (2007) Data Sekunder adalah data yang bersumb-er dari hasil penelitian orang lain yang dibuat untuk maksud yang berbeda. Data sekunder ini adalah data yang sudah ada atau data yang peneliti tidak peroleh langsung, tetapi melalui perantara. Data sekunder juga sebagai bukti, catatan atau laporan yang peneliti bisa mengunakan sebagai kepustakaan yang terkait dengan peneliti, dan sebagai bahan lampiran bagi peneliti.
3.7    Jenis data
3.7.1    Data kualititatif adalah
Data kualitatif adalah Jenis data kualitatif, jenis data ini merupakan jenis data yang berwujud tulisan-tulisan dari hasil peneliti, dalam bentuk kata-kata serta gambaran-gambaran yang dinyatakan dalam bentuk penjelasan.

3.7.2    Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah Jenis data ini merupakan jenis data yang menganalisis variable yang ada, tentang analisis kualitas pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien di Céntro Nasional Rehabilitacão (CNR) Becora Dili Timor-Leste.
Menurut Sudjana (2005), bahwa “ Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau mengukur, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”.
Selanjutnya menurut Iqbal Hasan (1999) bahwa “ Populasi adalah total dari semua obyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu jelas dan lengkap yang akan diteliti”. Dari kedua pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi sampel dari populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan perawat yang ada di Céntro Nasional Rehabilitacão (CNR) Becora Dili Timor-Leste dengan jumlah 29 orang perawat.
3.8   Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, tahap pengolahan data yang digunakan oleh peneliti untuk menghasilkan informasi yang benar adalah sebagai berikut:
1.    Editing
Mengecek isi formulir atau jawaban kuesioner sudah diisi semua atau belum.
2.    Coding
Mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan tanda kode tertentu.
3.    Entry
Memasukan data atau jawaban kuesioner yang sudah dinilai ke dalam perangkat komputer.
4.    Tabulating
Mengolah data yang sudah entry tentang mutu pelayanan dan kepuasan pasien menjadi tabel sehingga muda dibaca.
3.9   Teknik Analisis Data
Sesuai dengan metodologi penelitian terhadap proposal ini adalah dalam menganalisa data, peneliti akan mengunakan analisa kualitatif yaitu:
Untuk menjelaskan masalah yang peneliti rangkumkanm dalam rumusan masalah yang ada, menganalisis dari hasil pengambilan data melalui wawancara, setelah menganalisis maka hasil tersebut akan dijadikan sebagai hasil pembahasan bagi peneliti dalam bentuk kata-kata,gambar serta membuat tabel berdasarkan hasil penelitian.
Dengan demikian maka teknik analisa kualitatif, menurut Arikunto (1998) yamg dikutip oleh Gonçalves (2011) adalah: terhadap data-data yang bersifat kualitatif yang digunakan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisah menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan tetapi kadang-kadang sudah sampai presentase langsung ditafsirkan dengan kalimat-kalimat yang bersifat kualitatif dengan kategori sebagai berikut:
a.    Baik                     (76-100%)
b.    Cukup baik        (55-75%)
c.    Kurang baik       ( 55%)
3.10      Etika Penelitian
Penelitian dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari akademik,ijin lokasi penelitian.Kuesioner diberikan kepada responden setelah menekankan masalah etika yang meliputi ijin:
1.    Pada saat pengambila data, calon responden diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan. Apabila calon responden bersedia untuk diteliti maka kepadanya akan diberikan kuesioner peneliti.
2.    Anonomity (tampa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantukan nama atau identitas responden dalam pengolahan data penelitian.
3.    Confidentiaty (kerahasiaan)
Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang disimpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti.



D AFTAR PUSTAKA
Aditama, T. Y. (2007), Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi                 ke-2, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
A.F.Al-Assaf (2001), Mutu Pelayanan Kesehatan Perspepektif Internasional, Jakarta, Indonesia: EGC.
Arthur G. Bedein. (1980), Organizations : Theory And Analysis, The Dryden Press,Hindale, Illinois.
Arikunto (1998), Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek : 99, Rineka, Cipta, Jakarta.
Gespersz, Vincent. (1997). Manajemen Kualitas. Jakarta: Gramedia.
Moenir (1992), Bentuk, Makna dan Tujuan Pelayanan Publik. Jakarta, Indonesia Rineka Cipta.
Moenir, H.A.S. (2008). Manajemen Pelayanan Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, S. (2003), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
Satrianegara, M. Fais. dan Susatyo Herlambang (2014), Buku Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.  Gosyen Publishing, Yogyakarta.
Satrianegara, M. Fais. Dan S. Saleha. (1999), Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta.
Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. PT.Remaja rosdakarya. Bandung. 
Susatyo Herlambang (2014), Customer Service Rumah Sakit, Gosyen Publishing, Yogyakarta.
Sugiyono (2001), Metode Penelitian Bisnis Penulis, Bandung: Alfabeta.
Tilman. A. C. (2015), Analisis Pelayanan Kesehatan Terhadap Pasien Tuberculosis di Centro Saúde Lacluta, UNPAZ, Dili,Timor-Leste.
Tjiptono, Fandy. (1995). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi.
__________. (1997). Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Andi.




No comments:

Post a Comment