PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL
Oleh redaksi pada Rab, 12/26/2007 - 13:45.
Penyakit menular seksual, atau PMS
adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain
melalui kontak seksual. Menurut the
Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS
dilaporkan per tahun. Kelompok remaja
dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling
tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok
ini.
Hampir seluruh PMS dapat
diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah
diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik
generasi lama. PMS lain, seperti herpes,
AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus,
tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari
infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat
mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin,
herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai
penyebab kematian. Beberapa PMS dapat
berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker
serviks dan berbagai komplikasi kehamilan.
Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan
penting untuk dilakukan.
Penting untuk diperhatikan bahwa
kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak
oral-genital, dan pemakaian “mainan seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang
dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman” .
Satu-satunya yang betul-betul “seks aman” adalah abstinensia.
Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy di mana kedua individu
bebas dari IMS juga dianggap “aman”.
Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan
penyakit-penyakit lain dapat menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak
berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak
seksual juga berisiko. Kondom umumnya
dianggap merupakan perlindungan terhadap IMS.
Kondom sangat berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV dan
gonore. Namun kondom kurang efektif
dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil terhadap
penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin.
Beberapa penyakit menular seksual:
|
Klamidia
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala: Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak
menunjukkan gejala. Gejala yang ada
meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada
laki-laki maupun perempuan. Perempuan
juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat
hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri
pada testis.
Pengobatan: Infeksi dapat diobati dengan antibiotik.
Namun pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul
sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin
terjadi pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit
Radang Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis.
Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan
epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat di mana sperma
disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih
tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut.
Konsekuensi yang mungkin
terjadi pada janin dan bayi baru lahir:
lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang
dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat
menghilangkan sama sekali risiko tertular penyakit ini.
Gonore
Tipe: Bakterial
Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala: Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul,
sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari
penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil.
Pengobatan: Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun tidak dapat menghilangkan kerusakan
yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin
timbul pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan
jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang
Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan
nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan
kemandulan pada pria. Gonore yang tidak
diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin
timbul pada janin dan bayi baru lahir:
Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan
arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada proses persalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang
lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk
pencegahan. Kondom dapat mengurangi
tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.
Hepatitis B (HBV)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai jarum suntik
bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran gigi; melalui
transfusi darah.
Gejala: Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan gejala. Gejala yang muncul meliputi demam, sakit
kepala, nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare. Gejala-gejala yang ditimbulkan karena
gangguan di hati meliputi air kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit
menguning dan mata pucat.
Pengobatan: Belum ada pengobatan. Kebanyakan
infeksi bersih dengan sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi terinfeksi secara
kronis.
Konsekuensi yang mungkin
timbul pada orang yang terinfeksi: Untuk orang-orang
yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi cirrhosis,
kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan.
Konsekuensi yang mungkin
timbul pada janin dan bayi baru lahir:
Perempuan hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang
dikandungnya. 90% bayi yang terinfeksi
pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit
hati dan kanker hati. Mereka juga dapat
menularkan virus tersebut. Bayi dari
seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada
saat lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi kronis.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi khususnya seks
anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani dan secret vagina paling mungkin
dipertukarkan adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah
penularan virus hepatitis B melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko tetapi tidak
dapat sama sekali menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui
hubungan seks. Hindari pemakaian narkoba
suntik dan memakai jarum suntik bergantian.
Bicarakan dengan petugas kesehatan kewaspadaan yang harus diambil untuk
mencegah penularan Hepatitis B, khususnya ketika akan menerima tranfusi produk
darah atau darah. Vaksin sudah tersedia
dan disarankan untuk orang-orang yang berisiko terkena infeksi Hepatitis
B. Sebagai tambahan, vaksinasi Hepatitis
B sudah dilakukan secara rutin pada imunisasi anak-anak sebagaimana direkomendasikan
oleh the American Academy of Pediatrics.
Herpes Genital (HSV-2)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian
tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral. Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes
Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya
menyebabkan luka di bibir. Namun, HSV-1
dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi alat
kelamin.
Gejala-gejala: Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau
terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang
terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan
paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa
minggu tetapi dapat muncul kembali.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit ini.
Obat anti virus biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi
(lamanya) timbul gejala karena infeksi HSV-2.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Orang yang
terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika
terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: Perempuan yang
mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan merupakan
indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar sebab infeksi yang
mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan
otak yang serius.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah
penularan virus herpes genital melalui hubungan seks. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak
dapat samasekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan
seks. Walaupun memakai kondom saat
melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini
yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.
HIV/AIDS
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau produk darah
yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba; dan
dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau
saat menyusui.
Gejala-gejala: Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami
gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan
turun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang
dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif
(dormant) selama beberapa tahun. Namun,
virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang
yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi
oportunistik.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi ini.
Obat-obat anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan
kesehatan orang yang terinfeksi.
Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga
diderita.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Hampir semua
orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena
komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang
lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala
dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut
akan meninggal pada saat berusia 18 bulan.
Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan
risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar. Lihat Prenatal
Risk Assessment: AIDS untuk infomasi lebih
lanjut tentang AIDS dan kehamilan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya
hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina
paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk
mencegah penularan HIV melalui hubungan seks.
Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama
sekali kemungkinan penularan. Hindari
pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan
kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat
harus menerima transfusi darah maupun produk darah.
Sebuah
ciuman, apakah sekedar sebuah ciuman?
Bahkan
ciuman dapat merupakan sumber infeksi.
Menurut Centers for Disease Control Amerika Serikat, "Ciuman
dengan mulut terbuka dianggap sebagai aktifitas seksual yang sangat kecil
risikonya untuk terjadinya penularan HIV.
Namun, ciuman dengan mulut terbuka dalam waktu yang lama dapat merusak
mulut atau bibir sehingga memungkinkan HIV berpindah dari orang yang
terinfeksi ke pasangannya dan memasuki tubuh pasangan tersebut melalui luka
yang ada di mulut. Karena adanya
kemungkinan risiko penularan ini, CDC merekomendasikan pelarangan untuk
berciuman dengan mulut terbuka dengan pasangan yang terinfeksi. Sebuah kasus mengindikasikan adanya seorang
perempuan yang terinfeksi HIV dari pasangannya karena terpapar darah yang
terkontaminasi saat melakukan ciuman dengan mulut terbuka. Morbidity and Mortality Weekly Report tanggal 11 Juli 11, 1997, berisi artikel
tentang hal ini".
|
Human Papilloma Virus (HPV)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.
Gejala-gejala: Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol tumbuh di dalam
atau pada kelamin, anus dan tenggorokan.
Pengobatan: Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini.
Kutil dapat dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser
atau bedah.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: HPV adalah virus
yang menyebabkan kutil kelamin. Beberapa
strains dari virus ini berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana
halnya juga dengan kanker vulva, vagina, penis dan anus. Pada kenyataannya 90% penyebab kanker serviks
adalah virus HPV. Kanker serviks ini
menyebabkan kematian 5.000 perempuan Amerika setiap tahunnya.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: Pada bayi-bayi yang
terinfeksi virus ini pada proses persalinan dapat tumbuh kutil pada
tenggorokannya yang dapat menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut harus
dikeluarkan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah
penularan. Kondom hampir tidak berfungsi
sama sekali dalam mencegah penularan virus ini melalui hubungan seks.
Sifilis
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau
oral. Namun, penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang
disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan
orang yang tidak terinfeksi.
Gejala-gejala: Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau
"chancres" yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga
muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang
ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka
pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
Pengobatan: Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada organ
tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Jika tidak
diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata,
sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya
untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka
(chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati,
seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut
pada janin yang dikandungnya. Janin
meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25%
dari kasus-kasus ini. 40-70% melahirkan
bayi dengan sifilis aktif. Jika tidak
terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah
penularan sifilis melalui hubungan seksual.
Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular
penyakit ini melalui hubungan seks.
Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu
melalui luka yang ada di daerah kelamin.
Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan
bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.
Trikomoniasis
Tipe: Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi: Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling banyak terjadi
pada perempuan muda dan aktif seksual.
Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.
Cara Penularan: Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat
bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular
dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
Gejala-gejala: Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna
kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit
pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering
terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri
vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang
pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada
laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Pengobatan: Penyakit ini dapat disembuhkan.
Pasangan seks juga harus diobati.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Radang pada alat
kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin juga akan
meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus
tersebut. Adanya trikomoniasis pada
perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko penularan HIV pada
pasangan seksualnya.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada
perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi
adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan
trikomoniasis melalui hubungan seksual.
Kondon dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi
tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan
seks. Hindari untuk saling pinjam
meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan
non-seksual dari penyakit ini.
Infeksi Saluran Reproduksi lain yang tidak dipaparkan
di sini di antaranya:
|
Terjemahan oleh: Siti Nurul Qomariyah
Sumber:
Sources: U.S. Department of Health and Human Services - Public Health Service,
Rockville, MD 20857; The Upjohn Company; Contraceptive Technology by R. Hatcher
et al, Chapter 4, 16th Revised Ed., 1994; Medical Institute for Sexual Health,
P. O. Box 4919, Austin, TX, 78765; MedicineNet.com; Centers for Disease Control
(CDC). Updated: Sept 2, 2002
User
login
Fokus
- Gender dan Kekerasan thd Perempuan
- Keluarga Berencana
- Kesehatan Ibu dan Anak
- Kesehatan Reproduksi Remaja
- Pencegahan ISR dan HIV/AIDS
- Usia Lanjut (aging)
Diskusi
Aktif
- Untuk
Member Baru
- Ayo
curhat dan diskusi masalah kesehatan reproduksi remaja disini
- Seputar
Seksualitas
- Hubungan
Seks dalam pacaran? Sudah biasa atau dipaksakan?
- Seputar
Kesehatan Reproduksi
Acara
Terdekat
- Hari
AIDS Sedunia(352 hari)
PROMO BUKU
MILIKI SEGERA!!
Buku Kesproholic 2: MITOS SEPUTAR MASALAH SEKSUALITAS KESEHATAN
REPRODUKSI
Partners
Kesrepro copyright @ 2007
·
Penyakit
menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu
orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC)
terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun)
adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3
juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Hampir seluruh PMS dapat
diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah
diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik
generasi lama. PMS lain, seperti herpes,
AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus,
tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari
infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat
mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin,
herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai
penyebab kematian. Beberapa PMS dapat
berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker
serviks dan berbagai komplikasi kehamilan.
Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan
penting untuk dilakukan.
Penting untuk
diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat
kelamin. Kontak seksual juga meliputi
ciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian “mainan seksual”, seperti
vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak
seksual yang dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul “seks aman”
adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy
di mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap “aman”. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai
aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis,
herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular lewat aktifitas yang nampaknya
tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain
kontak seksual juga berisiko. Kondom
umumnya dianggap merupakan perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah beberapa
penyakit seperti HIV dan gonore. Namun
kondom kurang efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil terhadap
penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin.
Beberapa penyakit menular seksual:
|
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal
dan anal.
Gejala: Sampai 75% kasus pada
perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi keputihan yang
abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada
perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-laki mungkin
akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis.
Pengobatan: Infeksi dapat diobati
dengan antibiotik. Namun pengobatan
tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan
dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin
terjadi pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan, jika
tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) yang
pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri
panggul kronis. Pada laki-laki, jika
tidak diobati, klamidia akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan
pada testis (tempat di mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan
kemandulan. Individu yang terinfeksi
akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut.
Konsekuensi yang mungkin
terjadi pada janin dan bayi baru lahir: lahir premature,
pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat terjadi
karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan
seksual secara vaginal maupun anal dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif.
Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko
tertular penyakit ini.
Tipe: Bakterial
Cara penularan: Hubungan seks vaginal,
anal dan oral.
Gejala: Walaupun beberapa kasus
tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul
dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-gejala
meliputi discharge dari penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau
gatal saat buang air kecil.
Pengobatan: Infeksi dapat
disembuhkan dengan antibiotik. Namun
tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin
timbul pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan jika tidak diobati,
penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang Panggul, yang kemudian
dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi
sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin
timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore dapat menyebabkan
kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada
bayi yang terinfkesi pada proses persalinan.
Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya
diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan
seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat
menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal,
oral dan khususnya anal; memakai jarum suntik bergantian; perlukaan kulit
karena alat-alat medis dan kedokteran gigi; melalui transfusi darah.
Gejala: Sekitar sepertiga
penderita HBV tidak menunjukkan gejala.
Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah,
kehilangan nafsu makan, muntah dan diare.
Gejala-gejala yang ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air
kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat.
Pengobatan: Belum ada
pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih
dengan sendirinya dalam 4-8 minggu.
Beberapa orang menjadi terinfeksi secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin
timbul pada orang yang terinfeksi: Untuk orang-orang yang terinfeksi secara
kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi cirrhosis, kanker hati dan
kerusakan sistem kekebalan.
Konsekuensi yang mungkin
timbul pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan hamil dapat
menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90% bayi yang terinfeksi pada saat lahir
menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit hati dan kanker
hati. Mereka juga dapat menularkan virus
tersebut. Bayi dari seorang ibu yang
terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat lahir, ini
berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi kronis.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan
seks dengan orang yang terinfeksi khususnya seks anal, di mana cairan tubuh,
darah, air mani dan secret vagina paling mungkin dipertukarkan adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus
hepatitis B melalui hubungan seks.
Kondom dapat menurunkan risiko tetapi tidak dapat sama sekali
menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari pemakaian narkoba suntik dan memakai
jarum suntik bergantian. Bicarakan
dengan petugas kesehatan kewaspadaan yang harus diambil untuk mencegah
penularan Hepatitis B, khususnya ketika akan menerima tranfusi produk darah
atau darah. Vaksin sudah tersedia dan
disarankan untuk orang-orang yang berisiko terkena infeksi Hepatitis B. Sebagai tambahan, vaksinasi Hepatitis B sudah
dilakukan secara rutin pada imunisasi anak-anak sebagaimana direkomendasikan
oleh the American Academy of Pediatrics.
Tipe: Viral
Cara Penularan: Herpes menyebar melalui
kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat
melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral. Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes
Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya
menyebabkan luka di bibir. Namun, HSV-1
dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi alat
kelamin.
Gejala-gejala: Gejala-gejala biasanya
sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di
kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang
terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan
paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa
minggu tetapi dapat muncul kembali.
Pengobatan: Belum ada pengobatan
untuk penyakit ini. Obat anti virus
biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala
karena infeksi HSV-2.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Orang yang terinfeksi dan memiliki luka
akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut
menjadi jalan masuk virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: Perempuan yang mengalami episode pertama
dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk terjadinya kelahiran prematur.
Kejadian akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya
persalinan dengan operasi cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru
lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan
seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus herpes
genital melalui hubungan seks. Kondom
dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan risiko
tertular penyakit ini melalui hubungan seks.
Walaupun memakai kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada
kemungkinan untuk tertular penyakit ini yaitu melalui adanya luka di daerah
kelamin.
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal,
oral dan khususnya anal; darah atau produk darah yang terinfeksi; memakai jarum
suntik bergantian pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada
janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala: Beberapa orang tidak
mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali.
Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk
demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran
getah bening. Gejala-gejala tersebut
biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam
kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus
melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak
dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
Pengobatan: Belum ada pengobatan
untuk infeksi ini. Obat-obat anti
retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang
terinfeksi. Obat-obat lain digunakan
untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Hampir semua orang yang terinfeksi HIV
akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena komplikasi-komplikasi yang
berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul
dalam satu tahun pertama kelahiran. 20%
dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18
bulan. Obat antiretroviral yang
diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV
dalam proporsi yang cukup besar. Lihat Prenatal Risk
Assessment: AIDS untuk infomasi lebih lanjut tentang AIDS dan kehamilan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan
seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di mana
cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin dipertukarkan,
adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV melalui
hubungan seks. Kondom dapat menurunkan
risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling
berbagi jarum suntik. Diskusikan dengan
petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah
penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah maupun produk
darah.
Sebuah ciuman, apakah sekedar sebuah ciuman?
Bahkan ciuman dapat merupakan sumber
infeksi. Menurut Centers for Disease
Control Amerika Serikat, "Ciuman dengan mulut terbuka dianggap sebagai
aktifitas seksual yang sangat kecil risikonya untuk terjadinya penularan
HIV. Namun, ciuman dengan mulut terbuka
dalam waktu yang lama dapat merusak mulut atau bibir sehingga memungkinkan
HIV berpindah dari orang yang terinfeksi ke pasangannya dan memasuki tubuh
pasangan tersebut melalui luka yang ada di mulut. Karena adanya kemungkinan risiko penularan
ini, CDC merekomendasikan pelarangan untuk berciuman dengan mulut terbuka
dengan pasangan yang terinfeksi.
Sebuah kasus mengindikasikan adanya seorang perempuan yang terinfeksi
HIV dari pasangannya karena terpapar darah yang terkontaminasi saat melakukan
ciuman dengan mulut terbuka. Morbidity
and Mortality Weekly Report
tanggal 11 Juli 11, 1997, berisi artikel tentang hal ini".
|
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seksual
vaginal, anal atau oral.
Gejala-gejala: Tonjolan yang tidak
sakit, kutil yang menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau pada kelamin, anus
dan tenggorokan.
Pengobatan: Tidak ada pengobatan
untuk penyakit ini. Kutil dapat
dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser atau bedah.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: HPV adalah virus yang menyebabkan kutil
kelamin. Beberapa strains dari virus ini
berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker
vulva, vagina, penis dan anus. Pada
kenyataannya 90% penyebab kanker serviks adalah virus HPV. Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000
perempuan Amerika setiap tahunnya.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: Pada bayi-bayi yang terinfeksi virus ini
pada proses persalinan dapat tumbuh kutil pada tenggorokannya yang dapat
menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut harus dikeluarkan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan
seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan. Kondom hampir tidak berfungsi sama sekali
dalam mencegah penularan virus ini melalui hubungan seks.
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Cara penularan yang
paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan
melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan
oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang
tidak terinfeksi.
Gejala-gejala: Pada fase awal, penyakit
ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau "chancres" yang
biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang
lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat
meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok
dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
Pengobatan: Penyakit ini dapat
diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi
tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Jika tidak diobati, sifilis dapat
menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan
sendi dan dapat menyebabkan kematian.
Seorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi
HIV jika terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan
pintu masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati, seorang ibu hamil yang
terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang
dikandungnya. Janin meninggal di dalam
dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus
ini. 40-70% melahirkan bayi dengan
sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi,
kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan
seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan sifilis
melalui hubungan seksual. Kondom dapat
mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui
hubungan seks. Masih ada kemungkinan
tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah
kelamin. Usaha untuk mencegah kontak
non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga
perlu dilakukan.
Tipe: Disebabkan oleh protozoa
Trichomonas vaginalis.
Prevalensi: Trikomoniasis adalah PMS
yang dapat diobati yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif
seksual. Diperkirakan, 5 juta kasus baru
terjadi pada perempuan dan laki-laki.
Cara Penularan: Trikomoniasis menular
melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada
benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam
meminjam pakaian tersebut.
Gejala-gejala: Pada perempuan biasa
terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air
kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal
atau mungkin tidak ada gejala sama sekali.
Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing,
kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada laki-laki umumnya
tidak ada gejala.
Pengobatan: Penyakit ini dapat
disembuhkan. Pasangan seks juga harus
diobati.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Radang pada alat kelamin pada perempuan
yang terinfeksi trikomoniasis mungkin juga akan meningkatkan risiko untuk
terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus tersebut. Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga
terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.
Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat
menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan
seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu cara
pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan trikomoniasis melalui hubungan
seksual. Kondon dan berbagai metode
penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko
untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk
atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari
penyakit ini.
Infeksi Saluran Reproduksi lain yang tidak
dipaparkan di sini di antaranya:
|
Terjemahan oleh: Siti Nurul Qomariyah
Sumber: Sources:
U.S. Department of Health and Human Services - Public Health Service,
Rockville, MD 20857; The Upjohn Company; Contraceptive Technology by R. Hatcher
et al, Chapter 4, 16th Revised Ed., 1994; Medical Institute for Sexual Health,
P. O. Box 4919, Austin, TX, 78765; MedicineNet.com; Centers for Disease Control
(CDC). Updated: Sept 2, 2002
User login
Username: *
Password: *
Fokus
Diskusi Aktif
Acara Terdekat
MILIKI SEGERA!!
Buku Kesproholic 2: MITOS SEPUTAR MASALAH SEKSUALITAS KESEHATAN REPRODUKSI
Buku Kesproholic 2: MITOS SEPUTAR MASALAH SEKSUALITAS KESEHATAN REPRODUKSI
Partners
Kesrepro copyright @ 2007
No comments:
Post a Comment